Penyebab Nefropati Diabetik dan Cara Menanganinya dengan Tepat

penyakit-nefropati-diabetik
Warning! Tidak semua orang yang menderita nefropati diabetik akan mengalami gagal ginjal dan belum tentu, orang yang menderita diabetes juga akan mengalami nefropati diabetik.

Nefropati diabetik adalah komplikasi serius terkait ginjal dari penyakit diabetes tipe 1 dan 2. Penyakit yang dikenal juga sebagai ginjal diabetik ini memang banyak terjadi pada penderita diabetes yang sudah parah.

Ada sekitar 25% penderita diabetes yang berakhir dengan penyakit ginjal diabetik. Sementara itu, sekitar 52% kasus gagal ginjal di Indonesia disebabkan oleh nefropati diabetik.

Kondisi ini akan memengaruhi kemampuan ginjal dalam melakukan pekerjaannya untuk membuang produk limbah dan kelebihan cairan dari tubuh Anda.

Cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan melakukan gaya hidup sehat, serta mengobati diabetes dan tekanan darah tinggi Anda. Perawatan dini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit, serta mengurangi risiko komplikasi yang lebih parah lagi.

Penyebab nefropati diabetik

Setiap ginjal Anda memiliki sekitar satu juta nefron. Ini adalah struktur kecil di ginjal yang tugasnya menyaring limbah dari darah Anda.

Seseorang dengan diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan nefronnya menebal dan menimbulkan bekas luka. Akibatnya, nefron ginjal berkurang kemampuannya untuk menyaring limbah dan mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh.

mengenal-struktur-ginjal-dan-fungsinya
Struktur ginjal di dalam tubuh

Sementara itu, beberapa faktor lainnya juga telah terbukti meningkatkan risiko terkena nefropati diabetik, yaitu:

  • Menjadi orang Afrika-Amerika, Hispanik, atau Indian-Amerika.
  • Memiliki riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
  • Mengidap diabetes tipe 1 sebelum berusia 20 tahun.
  • Kebiasaan merokok.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Mengalami komplikasi diabetes lainnya, seperti penyakit mata atau kerusakan saraf.

Tanda dan gejala

National Kidney Foundation (NKF) memaparkan tanda pertama dari kondisi nefropati diabetik adalah adanya protein albumin di dalam urin (mikroalbuminuria). Jika di dalam urin Anda diketahui ada albumin dan Anda mengidap diabetes, maka kemungkinan Anda menderita nefropati diabetik.

Maka dari itu, Anda perlu melakukan pemeriksaan mikroalbuminuria setiap tahun jika menderita diabetes.

Sayangnya, tahap awal kerusakan ginjal diabetik seringkali tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Bahkan, Anda mungkin tidak mengalami gejala apa pun sampai berada di tahap akhir penyakit gagal ginjal.

Adapun gejala yang mungkin akan Anda rasakan, termasuk:

  • Kelelahan.
  • Tidak enak badan.
  • Kurang selera makan.
  • Sakit kepala.
  • Kulit terasa kering dan gatal.
  • Mual atau muntah.
  • Pembengkakan pada mata, lengan, atau kaki.
  • Sering buang air kecil.
  • Mengurangi konsumsi obat diabetes atau kebutuhan akan insulin.
  • Mengalami kebingungan atau sulit berkonsentrasi.
  • Sesak napas.

Komplikasi nefropati diabetik

Penyakit ginjal diabetik ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang dapat berkembang secara bertahap selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Komplikasi tersebut mungkin mencakup:

  • Retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan di lengan dan kaki, hipertensi, atau edema paru (penumpukan cairan di paru-paru).
  • Hiperkalemia, yaitu kadar kalium dalam darah meningkat.
  • Penyakit kardiovaskuler dan stroke.
  • Retinopati diabetik, yaitu kerusakan pembuluh darah di retina.
  • Anemia.
  • Sakit kaki, diare, disfungsi ereksi, dan masalah lainnya yang berkaitan dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah.
  • Komplikasi kehamilan bagi ibu dan janin.
  • Kerusakan permanen pada ginjal (penyakit ginjal stadium akhir), hingga akhirnya Anda perlu menjalani dialisis atau transplantasi ginjal untuk bisa bertahan hidup.

Diagnosa

Adapun penegakkan diagnosa nefropati diabetik oleh dokter setelah Anda melalui serangkaian pemeriksaan berikut ini:

1. Ureum atau blood urea nitrogen (BUN)

Pengujian ini bertujuan mengukur kadar urea nitrogen dalam darah, di mana senyawa ini termasuk sisa metabolisme tubuh yang disaring oleh ginjal dan dibuang melalui urin. Indikator BUN tinggi menunjukkan adanya kelainan pada ginjal Anda.

Nilai normal BUN bergantung pada usia dan jenis kelamin, yaitu:

  • Pria dewasa: 8 – 24 mg/dL.
  • Wanita dewasa: 6 – 21 mg/dL
  • Anak usia 1 – 17 tahun: 7 – 20 mg/dL.
  • Sementara itu, nilai normal BUN pada orang dewasa 60 tahun ke atas sedikit lebih tinggi daripada nilai normal BUN pada orang dewasa di bawah 60 tahun.

2. Kreatinin

Uji kreatinin bertujuan mengukur kadar kreatinin dalam darah. Sama halnya dengan urea nitrogen, kreatinin juga merupakan limbah dari hasil metabolisme tubuh yang dibuang melalui urin.

Adapun nilai normal kreatinin adalah:

  • Pria berusia 18 – 60 tahun berkisar antara 0,9 – 1,3 mg/dL.
  • Wanita berusia 18 – 60 tahun berkisar antara 0,6 – 1,1 mg/dL.

3. Glomerular filtration rate (GFR)

Pengukuran laju filtrasi glomerulus dilakukan untuk mengukur fungsi kerja ginjal di dalam tubuh. Semakin rendah nilainya, maka semakin buruk fungsi ginjal Anda dalam menyaring limbah tubuh.

TahapNilai GFR per menitKategoriKeterangan
1> 90 mLNormal or highGinjal masih bisa berfungsi normal, tetapi hasil lab urin menunjukkan penyakit ginjal. Tekanan darah akan dimonitor.
260 – 89 mLMild CKDFungsi ginjal sedikit berkurang. Tekanan darah masih dipantau.
3a45 – 59 mLModerate CKD Sudah menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pasien masih dimonitor dan dirawat perihal tekanan darah dengan seksama.
3b30 – 44 mLModerate CKD Laju GFR pasien diamati dan tekanan darah terus diawasi dengan ketat.
415 – 29 mLSevere CKDFungsi ginjal sudah sangat menurun, muncul penyakit kuning, terutama di bagian putih mata. Pasien mungkin merasa sangat sakit pada tahap ini dan berencana untuk dialisis atau cuci darah.
5< 15 mLEnd Stage CKD (ESKD)Pasien mungkin sedang menunggu transplantasi ginjal sambil menjalani dialisis.
Sumber: NKF (2019)

4. Tes urin mikroalbuminuria

Tes ini bertujuan melihat ada atau tidaknya protein albumin di dalam urin. Pengujiannya dilakukan dengan cara mengambil sampel urin Anda di pagi hari secara acak atau bisa juga ditampung selama 24 jam (1 hari). Lalu, kadar albumin akan diukur dari urin Anda tersebut.

  • Normal: di bawah 30 mg.
  • Mikroalbuminuria: berkisar 30 – 300 mg.
  • Makroalbuminuria: lebih dari 300 mg, sekaligus ini menandakan penyakit ginjal yang sudah parah.

Selain pemeriksaan di atas, dokter Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan lainnya, seperti USG dan rontgen untuk melihat ukuran dan struktur ginjal Anda sekarang, serta CT scan dan MRI untuk melihat sirkulasi darah di ginjal Anda.

Adapun biopsi ginjal dilakukan dengan mengambil sedikit sampel jaringan ginjal Anda menggunakan jarum halus, kemudian diteliti di bawah mikroskop.

Cara mengobati nefropati diabetik

Perlu diketahui bahwa tidak ada obat untuk nefropati diabetik, tetapi perawatan dini dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi lebih parah. Perawatan tersebut meliputi kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin, pola makan, dan gaya hidup sehat.

Namun, jika Anda sudah mengalami penyakit gagal ginjal stadium akhir, maka Anda butuh perawatan yang lebih invasif, seperti dialisis atau transplantasi ginjal.

1. Pengobatan

Pengobatan nefropati diabetik dapat Anda lakukan dengan cara memantau kadar gula dan tekanan darah secara teratur, menggunakan dosis insulin yang tepat, dan mengonsumsi obat diabetes dan hipertensi sesuai petunjuk dari dokter. Ini untuk menjaga kadar gula darah dan tekanan darah Anda tetap terkendali dengan baik.

2. Diet dan perubahan gaya hidup

Perawatan penyakit ginjal diabetik juga perlu melibatkan dokter atau ahli gizi yang akan membantu Anda merencanakan diet khusus yang mudah diterapkan pada kondisi ginjal Anda. Diet ini lebih ketat dari standar diet untuk penderita diabetes pada umumnya.

Dokter atau ahli gizi Anda mungkin akan menyusun diet yang:

  • Membatasi asupan protein.
  • Mengonsumsi lemak sehat dan membatasi asupan minyak dan lemak jenuh.
  • Mengurangi asupan natrium hingga 1.500 – 2.000 mg/dL.
  • Membatasi asupan kalium, seperti pisang, alpukat, dan bayam.
  • Melarangan konsumsi makanan tinggi fosfor, seperti yogurt, susu, dan daging olahan.

Selain pola makan, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat juga perlu dilakukan dalam mengelola atau pun mencegah penyakit nefropati diabetik.

Dokter Anda mungkin akan merekomendasikan Anda untuk berolahraga secara rutin sesuai dengan kondisi tubuh untuk membantu menjaga gula darah tetap normal dan kesehatan ginjal Anda.

3. Pengobatan gagal ginjal stadium akhir (stage 5)

Jika Anda menderita penyakit gagal ginjal stadium akhir, kemungkinan besar Anda perlu menjalani dialisis atau transplantasi ginjal, tentunya selain dengan perawatan untuk tahap awal penyakit ginjal.

Dialisis adalah prosedur yang dilakukan untuk membantu menyaring limbah dari darah Anda. Ada 2 jenis dialisis utama, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal. Dokter Anda akan membantu memutuskan dialisis mana yang terbaik untuk Anda.

Adapun pilihan lainnya adalah transplantasi ginjal. Jika Anda melakukan hal ini, Anda akan menerima ginjal dari pendonor yang dimasukkan ke dalam tubuh Anda. Perlu dicatat bahwa tingkat keberhasilan dialisis dan transplantasi ginjal bisa berbeda-beda pada setiap orang.

4. Konsumsi jamur Reishi

Jamur Reishi atau Lingzhi (Ganoderma lucidum) sudah dikenal sejak ribuan tahun sebagai jamur obat tradisional yang punya banyak khasiat, salah satunya sebagai terapi pendamping pengobatan nefropati diabetik.

Jamur Reishi (G. lucidum) memiliki efek proteoglikan, yaitu FYGL, yang mampu menurunkan gula darah, kreatinin serum, urea nitrogen, asam urea, dan albuminuria.

Selain itu, FYGL juga mampu meningkatkan aktivitas antioksidan dan katalase, serta menurunkan jumlah radikal bebas di dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi kerusakan sel ginjal lebih lanjut.

Maka dari itu, jamur Reishi dapat disarankan sebagai suplemen nutrisi potensial untuk pencegahan dan terapi nefropati diabetik (DN).

Tips mencegah nefropati diabetik

Untuk mengurangi risiko terkena penyakit ginjal diabetik, Anda dapat melakukan upaya berikut:

  1. Memantau kadar gula darah dan tekanan darah secara rutin.
  2. Pertahankan berat badan yang sehat dengan menerapkan diet yang sesuai dengan anjuran dari ahli gizi, rajin olahraga, dan cukup istirahat setiap hari.
  3. Hilangkan kebiasaan merokok.
  4. Selalu ikuti instruksi dari dokter dalam mengonsumsi obat-obatan dan juga suplemen penunjang pengobatan bila diperlukan.

Photo by drobotdean – www.freepik.com

Baca Juga:
Inilah Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda, Yuk, Deteksi Sejak Dini!
10 Karsinogen, Zat Pemicu Sel Kanker yang Umum di Sekitar Anda
Jamur Reishi, Bantu Hancurkan Lemak Visceral yang Membandel

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on email
Artikel Kami

Artikel Lainnya