Banyak orang yang bertanya-tanya, apakah demam biasa sama dengan demam pada COVID-19.
Demam memang menjadi salah satu manifestasi klinis dari COVID-19 yang paling sering dilaporkan, bahkan menjadi elemen penting dalam proses skrining penderita COVID-19.
Namun, tahukah Anda? Bahwa makna “demam” sendiri bervariasi bergantung pada suhu batas yang digunakan, jenis termometer, waktu dan tempat pengukuran, serta jenis kelamin dan ras orang tersebut [1].
Lantas, seperti apakah ciri-ciri demam pada COVID-19? Apa pula bedanya dengan demam biasa? Berikut jawabannya!
Apa itu demam?
Demam adalah salah satu cara normal tubuh saat mencoba melawan infeksi. Maka dari itu, demam bisa menjadi gejala umum COVID-19, karena ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Sars-Cov-2.
Meski sebagian besar penderita COVID-19 melaporkan mengalami demam, tetapi tidak semua orang yang terkena COVID-19 akan mengalami demam.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seseorang dikatakan demam jika suhu tubuhnya 100,4 °F (38 °C) atau lebih, atau terasa hangat saat disentuh, atau memiliki riwayat merasa demam [2].
“Demam bisa menandakan adanya infeksi, tetapi tidak selalu disertai dengan infeksi.” – CDC
Kisaran suhu
Hingga saat ini, penelitian terkait COVID-19 masih terus berlanjut. Selain baru, COVID-19 sering kali memunculkan gejala tidak terduga yang mungkin tidak semua orang mengalaminya.
Seperti gejala demam pada COVID-19 ini, tidak ada kisaran suhu yang pasti – kecuali masih berlandaskan pada kisaran suhu demam pada umumnya.
Di sisi lain, beberapa orang yang hasil tes swabnya positif tidak mengalami demam, sebagiannya lagi bisa mengalami demam yang sangat tinggi.
Menurut tinjauan besar dari beberapa penelitian di sembilan negara yang mengamati 24.410 orang dewasa dengan COVID-19, sebanyak 78% mengalami demam di beberapa waktu selama penyakit yang mereka alami [3].
Selain itu, sebuah tinjauan studi yang melibatkan 17.515 orang dewasa dan anak-anak dengan COVID-19 juga menemukan hasil yang serupa. Sebanyak 79,43% dari orang dewasa dengan COVID-19 mengalami demam selama sakit, di mana demam ringan dan sedang lebih sering terjadi daripada demam tinggi.
Sementara itu, 45,86% dari 373 anak di China mengalami demam, artinya ada lebih dari 50% anak di bawah 18 tahun dengan COVID-19 tidak mengalami demam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak-anak berisiko lebih kecil mengalami demam sebagai gejala klinis awal [4].
Hal lain yang perlu diketahui tentang demam pada COVID-19
Meskipun tidak ada rentang suhu tertentu, tetapi satu hal yang pasti bahwa demam dapat mengindikasikan adanya penyakit serius.
Seperti pada sebagian besar pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki gejala demam. Namun ingat, mengalami demam tinggi tidak berarti Anda terkena COVID-19 atau penyakit serius lainnya.
Sebuah studi dilakukan pada lebih dari 7.000 pasien COVID-19 di New York City menemukan bahwa mengalami demam tinggi di awal masuk rumah sakit tidak berkorelasi secara signifikan dengan kematian. Namun, demam tinggi yang terus terjadi selama sakit memiliki korelasi yang signifikan dengan kematian karena COVID-19.
Orang yang demamnya mencapai 104 °F (40 °C) berisiko 42% lebih tinggi mengalami kematian akibat COVID-19. Studi ini juga menemukan bahwa suhu tubuh rendah yang tidak normal atau di bawah 96,8 °F (36 °C) memiliki tingkat kematian tertinggi.
Para peneliti menyimpulkan bahwa temuan tersebut mungkin menunjukkan adanya masalah pengaturan suhu tubuh sebagai penanda penyakit COVID-19 yang serius [5].
Gejala COVID-19 lainnya yang harus diwaspadai
COVID-19 dapat menimbulkan satu atau lebih dari gejala berikut ini [2, 6]:
- Batuk, gejala paling umum setelah demam.
- Kelelahan.
- Nyeri.
- Hidung tersumbat atau pilek.
- Sakit tenggorokan.
- Panas dingin.
- Kehilangan rasa atau bau.
- Kesulitan bernapas atau sesak napas.
- Sakit kepala.
- Mual atau muntah.
- Diare.
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya lakukan pemeriksaan segera untuk memastikan kondisi kesehatan Anda dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Kapan harus mencari perawatan?
Seperti yang telah disebutkan, demam bisa menjadi indikasi dari berbagai penyakit, tidak hanya COVID-19. Namun, jika Anda memiliki gejala COVID-19 lainnya dan mungkin telah terpapar virus, segera konsultasikan dengan dokter.
Anda mungkin diberikan obat dan perawatan penunjang lainnya untuk membantu mengurangi kemungkinan penyakit menjadi lebih serius.
Jika Anda melakukan cek suhu tubuh dan berada di angka 100,4 °F (38 °C) atau lebih tinggi, segera lakukan pengujian COVID-19 untuk membantu memastikan kondisi dengan lebih baik.
Ingatlah bahwa apa pun kemungkinan penyebabnya, demam tinggi dengan kriteria seperti ini harus selalu mencari bantuan profesional kesehatan, yaitu [7]:
- Bayi: suhu rektal lebih dari sama dengan 100,4 °F (38 °C).
- Balita dan anak-anak: suhu tubuh lebih dari sama dengan 102,2 °F (39 °C).
- Dewasa: suhu tubuh lebih dari sama dengan 103 °F (39,4 °C). Kondisi ini juga dapat menandakan penyakit COVID-19 yang serius.
Sampai sejauh ini, COVID-19 memang tidak memiliki rentang suhu ‘demam’ yang benar-benar terkait dengannya secara khusus. Orang dengan COVID-19 mungkin saja mengalami demam tinggi atau bahkan, tidak demam sama sekali.
Namun, satu hal penting yang perlu Anda pahami tentang demam pada COVID-19 adalah demam yang sangat tinggi dapat meningkatkan risiko kematian akibat COVID-19. Sementara itu, suhu tubuh yang terlalu rendah juga bisa menjadi indikasi penyakit COVID-19 yang serius.
Original featured image by xb100 – www.freepik.com
Baca Juga:
6 Tanda Sistem Imunitas Tubuh Melemah
Ini Perbedaan dan Persamaan Gejala COVID-19 dan Flu Biasa
15 Suplemen untuk Meningkatkan Sistem Imun yang Lemah